Trunyan Village

Trunyan adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Untuk mencapai Trunyan dengan menyeberang melalui Desa Kedisan menggunakan perahu sekitar 45 menit jarak dari Kota Denpasar ± 65 km.

Sejarah Desa Trunyan

Trunyan merupakan salah satu Desa Tua di Bali yang masih menggunakan beberapa cara lama dalam beberapa tatanan kehidupan masyarakatnya. Diantaranya adalah cara penguburan mayat (jenazah). Masyarakat Trunyan mempunyai tradisi pemakaman dimana jenazah dimakamkan di atas batu besar yang memiliki cekungan 7 buah. Jenazah hanya dipagari dengan anyaman bambu. Desa ini memiliki 3 sema (kuburan) yang diperuntukkan bagi 3 jenis kematian yang berbeda. Apabila seorang warga Trunyan meninggal secara wajar, mayatnya akan ditutupi dengan kain putih, diupacarai kemudian diletakkan tanpa dikubur dibawah pohon besar bernama Taru Menyan yaitu di sebuah lokasi yang bernama Sema Wayah. Namun, apabila kematiannya tidak wajar seperti karena kecelakaan, bunuh diri, dibunuh orang maka mayatnya akan diletakkan di Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur bayi dan anak kecil atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah akan diletakkan di Sema Muda. Jenasah di Desa Trunyan hanya diletakkan dan ditutupi dengan kain putih, walaupun begitu jenazah tidak menimbulkan aroma bau busuk dan tidak dihinggapi oleh serangga seperti lalat, ulat dll. Hal ini disebabkan oleh keberadaan Taru Menyan (pohon kayu Menyan) yang dapat mengeluarkan wangi harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti kayu dan Menyan dapat diartikan harum. pohon kayu Menyan ini hanya tumbuh di daerah ini. Kemudian Taru Menyan lebih dikenal dengan Trunyan yang diyakini sebagai asak usul nama desa tersebut