“Sensasi melihat panorama Pulau Bali dari lantai 23 Patung GWK”

Garuda Wisnu Kencana atau GWK adalah sebuah taman wisata budaya (Taman Budaya GWK) yang terletak di bagian selatan Pulau Bali, yakni di kawasan Uluwatu, Bukit Ungasan, Kuta, Kabupaten Badung, Bali.

Patung yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 22 September 2018 itu memiliki ketinggian 121 meter dan pemahatannya dikerjakan oleh Alam Sutera bersama pematung I Nyoman Nuarta.

“Saya sebut mahakarya anak bangsa karena Patung Garuda Wisnu Kencana adalah salah satu patung tembaga terbesar di dunia serta patung tertinggi ketiga di dunia,” kata Joko Widodo saat peresmian.

Ya, ketinggian dari atas patung GWK itulah yang dinikmati wisatawan Nusantara dan mancanegara. Dari tempat favorit di lantai 23 itulah, wisatawan bisa melihat keindahan panorama Pulau Bali di atas ketinggian patung GWK.

“Bagian kepala patung GWK yang favorit itu berjarak sekitar 88 meter dari permukaan tanah, maka para pelancong dapat menikmati keindahan pemandangan dan mengabadikan momentum itu dengan kamera ponselnya,” kata Kepala Marketing dan Komunikasi GWK, Oktaviano.

Di lantai 23, tepatnya di areal kepala Patung Garuda Wisnu Kencana itu terdapat 10 pintu jendela yang difungsikan wisatawan untuk melihat pemandangan Pulau Bali.

“Mereka bisa melihat pemandangan di sekitar kawasan Nusa Dua dari mulai jalan tol di atas laut, Bandara Ngurah Rai, dan sebagainya,” kata Oktaviano.

Selain sensasi ketinggian itu, wisatawan asal Jakarta, Adil, mengemukakan GWK juga merupakan tempat edukasi untuk belajar sejarah dan budaya bangsa.

“Saya mengajak anak-anak ke sini diharapkan mereka mampu cinta terhadap budayanya sendiri. Karya seni seniman ternama Nyoman Nuarta ini sangat dikenal hingga ke penjuru dunia,” katanya.

Hal senada juga diungkapkan wisatawan asal Surabaya, Bistia. Ia mengaku sangat senang bisa melihat Bali dari ketinggian 88 meter. “Senang banget, meski kita harus taat prokes,” ujarnya.

Tidak hanya menikmati panorama Pulau Dewata dari ketinggian patung GWK, namun pengunjung GWK juga bisa menikmati beberapa kegiatan seni budaya yang rutin diselenggarakan di kawasan “GWK Cultural Park”. Misalnya, Festival Ogoh-Ogoh GWK pada Maret 2022, atau Tari Kecak GWK pada akhir Desember 2021.

“Salah satu faktor yang membuat pariwisata Bali terkenal adalah seni dan budaya yang menarik minat wisatawan dari berbagai negara untuk berkunjung ke Pulau Dewata, karena itu Pemkab Badung akan selalu mendukung penuh kegiatan seperti ini untuk tetap berlanjut di tahun-tahun berikutnya,” kata Sekretaris Daerah Badung I Wayan Adi Arnawa.

Selain sensasi dari “ketinggian” di GWK, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun, menambahkan wisatawan yang berlibur ke Provinsi Bali dapat pula menikmati kegiatan budaya unggulan yang masuk dalam daftar Kharisma Event Nusantara (KEN) 2022.

Ada tujuh festival budaya yang lolos dalam daftar KEN 2022 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang tahun ini telah dimulai pada akhir Mei hingga Desember 2022, yakni:

1. Bali Spirit Festival di Ubud, Kabupaten Gianyar (29 Mei-10 Juni 2022)

2. Pesta Kesenian Bali di Taman Budaya Provinsi Bali (12 Juni-10 Juli 2022)

3. Ubud Village Jazz Festival (12-13 Agustus 2022).

4. Sanur Village Festival di Sanur, Kota Denpasar (19 -21 Agustus 2022),

5. Pemuteran Bay Festival di Kabupaten Buleleng (11-13 November 2022),

6. Denpasar Festival (akhir November-24 Desember 2022),

7. Penglipuran Village Festival di Kabupaten Bangli (7-10 Desember 2022).

Untuk keamanan dan kenyamanan wisatawan, pihaknya meminta pengelola daya tarik wisata (DTW) di berbagai kabupaten/kota di Pulau Dewata tetap patuh menggunakan scan barcode aplikasi PeduliLindungi untuk skrining pengunjung yang datang, meskipun kasus COVID-19 sudah melandai.

“Penggunaan PeduliLindungi tak saja untuk kepentingan melakukan tracing (melacak) pengunjung ketika ada kasus positif COVID-19, tetapi juga penting untuk mengukur daya dukung DTW. Bagi pengelola, dari penggunaan PeduliLindungi, pengelola DTW dapat mengetahui waktu yang menjadi puncak-puncak kunjungan wisatawan, sehingga menyiapkan petugas dan pelayanan yang optimal,” katanya.

Selain itu, pihaknya pun mendorong agar pengelola DTW dan manajemen hotel tetap disiplin menerapkan protokol CHSE atau Cleanliness (kebersihan), Health (kesehatan), Safety (keamanan), dan Environment Sustainability (kelestarian lingkungan) yang sertifikatnya sudah dikantongi.

“Dengan demikian, wisatawan bisa merasa aman dan nyaman saat berwisata ke Bali. Apalagi sekarang orang asing yang datang ke Bali pasti menanyakan sudah tersertifikat CHSE atau belum,” ujar mantan Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Bali itu.

Jadi, mengunjungi GWK itu membuktikan bangsa Indonesia sebagai bangsa besar bukan hanya mewarisi karya besar dari peradaban masa lalu yang sangat indah seperti Candi Borobudur, Pura Besakih, Prambanan, Tanah Lot, Pura Ulundanu, Ubud, dan objek/destinasi lainnya, seta sejumlah festival budaya unggulan, tapi di era kini bangsa ini juga bisa berkreasi untuk melahirkan mahakarya yang membanggakan dan dikagumi dunia.

(Pande Yudha)